PENDIDIKAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
ANAK
DENGAN CERDAS ISTIMEWA ATAU BERBAKAT ISTIMEWA
(
GIFTED )
Disusun oleh :
1.
YOHANES RIA K ( 111134073 )
2. RAHAYU LISA ( 111134154 )
3. ERLIN NOVITASARI ( 111134245 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Kesulitan
belajar merupakan suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak tidak
dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah
suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara
langsung maupun tidak langsung.Kesulitan belajar anak tentu saja tidak boleh di
diamkan begitu saja karena hal ini akan sangat menghambat anak dalam memperoleh prestasi selain itu apabila hal ini di diamkan ini
akan lebih menghambat anak untuk belajar ke depannya .
Kesulitan
dalam belajar dapat di sebabkan karena beberapa faktor.Bisa dari faktor internal
( diri anak ) dan juga faktor eksternal ( dari luar anak ) .Faktor internal ini
bisa di sebabkan karena anak mempunyai perbedaan dengan anak yang lainnya dan
sering juga di sebut anak dengan kebutuhan khusus . Dalam hal ini kebutuhan
khusus bukan berarti anak mempunyai kekurangan . Anak Cerdas Istimewa / Berbakat
Istimewa juga termasuk anak yang berkebutuhan khusus atau sering di sebut
dengan anak Gifted atau anak Superior
B.RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang di maksud dengan Anak
dengan Cerdas Istimewa/ Berbakat Istimewa ?
2.
Hal apa saja yang menyebabkan Anak
dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa ?
3.
Bagaimana karakter Anak dengan
Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa ?
4.
Pendampingan atau Rekomendasi apa
yang bisa dilakukan kepada Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa ?
5.
Berapa persentase Anak dengan Cerdas
Istimewa/Berbakat Istimewa di Indonesia ?
C.TUJUAN
1.
Mendeskripsilan apa yang di maksud
dengan Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa .
2.
Menyebutkan hal apa saja yang
menyebabkan Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa ?
3.
Menyebutkan apa saja karakter Anak
dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa ?
4.
Mendeskripsikan pendampingan atau
rekomendasi apa saja yang bisa di lakukan kepada Anak dengan Cerdas
Istimewa/Berbakat Istimewa ?
5.
Mengetahui berapa persentase Anak
dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa
BAB II
ISI
1. Definisi
Pengertian dan definisi mengenai
anak berbakat sangat beragam. Keragaman itu sangat tergantung dari perkembangan
pandangan masyarakat terhadap keberbakatan. Beberapa definisi keberbakatan
dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Definisi
versi Amerika
Pengertian berbakat di Amerika
Serikat pada dasarnya dikaitkan dengan skor tes inteligensia Stanford Binet
yang dikembangkan oleh Terman setelah Perang Dunia I. Dalam hasil tesnya itu,
anak-anak yang memiliki skor IQ 130 atau 140 dinyatakan sebagai anak berbakat
(Kirk & Gallagher, 1979:6). Sekitar tahun 1950
pengertian tersebut mulai berkembang ketika para pendidik di Amerika Serikat
berusaha memberikan pengertian yang
lebih luas tentang anak berbakat.
Pada waktu itu yang dimaksud
dengan anak berbakat (gifted dan talented) ialah mereka yang menunjukkan secara
konsisten penampilan luar biasa hebat dalam suatu bidang yang berfaedah (Henry,
seperti dikutip oleh Kirk dan Gallagher, 1979:61). Adapun definisi yang
digunakan dalam Public Law 97-135 yang disahkan oleh Kongres Amerika Serikat
pada tahun 1981, yang dimaksud dengan anak berbakat (gifted and talented) ialah
berikut ini.
Anak yang menunjukkan
kemampuan/penampilan yang tinggi dalam bidang-bidang, seperti intelektual,
kreatif, seni, kapasitas kepemimpinan atau bidang-bidang, akademik khusus, dan
yang memerlukan pelayanan-pelayanan atau aktivitas-aktivitas yang tidak biasa
disediakan oleh sekolah agar tiap kemampuan berkembang secara penuh (Clark,
1983:5).
Bertolak dari hasil penelitian
tentang proses belajar maka Clark (1983:6) mengemukakan definisi keberbakatan
sebagai berikut.
Keberbakatan adalah suatu konsep
yang berakar biologis, suatu nama dari inteligensia taraf tinggi sebagai
hasil dari integrasi yang maju cepat dari fungsi-fungsi dalam otak meliputi
pengindraan (physical sensing),
emosi, kognisi, dan intuisi. Fungsi yang
maju dan cepat tersebut mungkin diekspresikan dalam bentuk kemampuan-kemampuan
yang melibatkan kognisi, kreativitas, kecakapan akademik, kepemimpinan atau
seni rupa dan seni pertunjukan. Oleh karena itu, dengan inteligensia ini
individu berbakat menampilkan atau menjanjikan harapan untuk menampilkan
inteligensia pada taraf tinggi. Oleh karena kemajuan dan percepatan
perkembangan tersebut, individu memerlukan pelayanan dan aktivitas khusus yang
disediakan oleh sekolah agar kemampuan mereka berkembang secara optimal.
Definisi formal yang dikemukakan
oleh Francoya Gagne adalah sebagai berikut: Giftedness berhubungan dengan
kecakapan yang secara jelas berada di atas
rata-rata dalam satu atau lebih rendah (domains) bakat manusia. Talented
berhubungan dengan penampilan (performance) yang secara jelas berbeda di atas rata-rata dalam
satu atau lebih bidang aktivitas manusia” (Gagne dalam Calongelo dan Davis,
1991:65).
2. Definisi versi Indonesia
Anak berbakat adalah mereka yang
didefinisikan oleh orang-orang profesional mampu mencapai prestasi yang tinggi
karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa. Mereka menonjol secara
konsisten dalam salah satu atau beberapa bidang, meliputi bidang intelektual
umum, bidang kreativitas, bidang seni/kinetik, dan bidang
psikososial/kepemimpinan. Mereka memerlukan program pendidikan yang
berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa,
agar dapat merealisasikan turunan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap
diri sendiri. (Utami Munandar, 1995:41).
Rumusan di atas mengandung
implikasi bahwa (a) bakat merupakan potensi yang memungkinkan seorang
berpartisipasi tinggi, (b) terdapat perbedaan antara bakat sebagai potensi yang
belum terwujud dengan bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang
unggul, ini berarti anak berbakat yang underachiever juga diidentifikasi sebagai
anak berbakat, (c) terdapat
keragaman dalam bakat, (d) ada kecenderungan bahwa bakat hanya akan muncul
dalam salah satu bidang kemampuan, dan (e) perlunya layanan pendidikan khusus
di luar jangkauan pendidikan biasa.
Dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989,
yang disebut anak berbakat adalah “warga
negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa”. Kecerdasan
berhubungan dengan perkembangan kemampuan intelektual, sedangkan kemampuan luar
biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Jenis-jenis kemampuan
dan kecerdasan luar biasa yang dimaksud dalam batasan ini meliputi (a)
kemampuan intelektual umum dan akademik khusus, (b) berpikir kreatif-produktif,
(c) psikososial/ kepemimpinan, (d) seni/kinestetik, dan (e) psikomotor.
Berdasarkan beberapa definisi di
atas, dapat disimpulkan bahwa anak berbakat adalah anak yang mempunyai
kemampuan yang unggul dari anak rata-rata/normal baik dalam kemampuan
intelektual maupun nonintelektual sehingga mereka membutuhkan layanan
pendidikan secara khusus. Moh. Amin (1996) menyimpulkan bahwa keberbakatan
merupakan istilah yang berdimensi banyak. Keberbakatan bukan semata-mata karena
seseorang memiliki inteligensia tinggi melainkan ditentukan oleh banyak
faktor.
2. Faktor yang menyebabkan
Anak dengan
Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa
1) Hereditas
Hereditas adalah faktor yang diwariskan dari orang tua, meliputi
kecerdasan, kreatif produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan
psikomotor. Dalam diri seseorang telah ditentukan adanya faktor bawaan yang ada
setiap orang, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda setiap orangnya. Namun U. Branfenbrenner
dan Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak ada kesangsian
mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental
seseorang.
2) Lingkungan
Lingkungan, hal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak berbakat
ditinjau dari segi lingkungannya (keluarga, sekolah dan masyarakat). Lingkungan
mempunyai peran yang sangat besar dalam mempengaruhi keberbakatan seorang anak.
Walaupun seorang anak mempunyai bakat yang tinggi terhadap suatu bidang, tanpa
adanya dukungan dan perhatian dari lingkungannya seperti, masyarakat tempat dia
bersosialisasi, keluarga tempat ia menjalani kehidupan berkeluarga, tempat dia
menjalani kehidupan dan mengembangkan keberbakatan itu dapat membantunya dalam
mencapai ataupun memaksimalkan bakatnya tersebut.
3.Karakteristik Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat
Istimewa
Karakteristik anak berbakat ditinjau dari segi
akademik, sosial/emosi, dan fisik/kesehatan.
I. Karakteristik
Akademik
Adapun karakteristik yang dimiliki oleh seorang anak
berbakat, diantaranya:
a.
memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar,
b.
keranjinan membaca,
c.
menikmati sekolah dan belajar.
d.
memiliki perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus,
e.
memiliki pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi
dari bidang akademik khusus,
f.
mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang dipelajari pada aktivitas-aktivitas
bidang lain,
g.
kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai
standar yang lebih tinggi dalam suatu bidang akademik,
h.
memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik dan motivasi yang tinggi untuk berbuat yang
terbaik, dan
i.
belajar dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.
j.
mudah menyerap pelajaran.
Salah satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986)
bahwa seorang anak berbakat berusia 10
tahun, ia memiliki kemampuan akademik dalam hal membaca sama dengan anak normal
usia 14 tahun, dan berhitung sama dengan usia 11 tahun, anak ini memiliki
keberbakatan dalam membaca.
II. Karakteristik
Sosial
Ada beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan
sosial, yaitu:
a. Diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan
orang dewasa,
b. Keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka
memberikan sumbangan positif dan konstruktif,
c. Kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah dalam
pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya,
d. Memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang
dan jujur,
e. Perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,
f. Bebas dari tekanan emosi dan mampu mengontrol
ekspresi emosional sehingga relevan dengan
situasi,
g. Mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan
orang dewasa,
h. Mampu merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan
i. Memiliki kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi
situasi sosial dengan cerdas, dan humor.
Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat
dalam hal social dan emosi, bahwa seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan
kemampuan penyesuaian sosial dan emosi (sikap periang, bersemangat, kooperatif,
bertanggung jawab, mengerjakan tugasnya dengan baik, membantu temannya yang
kurang mampu dan akrab dalam bermain). Sikap-sikap yang diperlihatkannya itu
sama dengan sikap anak normal usia 16 tahun.
III. Karakteristik
Fisik/Kesehatan
Dalam segi fisik, anak berbakat memperlihatkan :
(a) memiliki penampilan yang menarik dan rapi,
(b) kesehatannya berada lebih baik atau di atas rata-rata, (studi longitudinal
Terman dalam Samuel A. Kirk, 1986).Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa seorang
anak berbakat usia 10 tahun memiliki tinggi dan berat badan sama dengan
usianya. Yang menunjukkan perbedaan
adalah koordinasi geraknya sama dengan anak normal usia 12 tahun. Mereka juga
memperlihatkan sifat rapi.
Karakteristik anak berbakat secara umum, seperti yang
dikemukakan oleh Renzulli, 1981 (dalam Sisk,
1987) menyatakan bahwa keberbakatan (giftedness) menunjukkan keterkaitan
antara 3 kelompok ciri-ciri, yaitu (a) kemampuan kecerdasan jauh di atas
rata-rata, (b) kreativitas tinggi dan (c) tanggung jawab atau pengikatan diri
terhadap tugas (task commitment). Masing-masing ciri mempunyai peran yang
menentukan.
Seseorang dikatakan berbakat intelektual jika
mempunyai inteligensia tinggi. Sedangkan
kreativitas adalah sebagai kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru, memberikan gagasan baru, kemampuan untuk melihat
hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah ada. Demikian pula
berlaku bagi pengikatan diri terhadap tugas. Hal inilah yang mendorong
seseorang untuk tekun dan ulet meskipun mengalami berbagai rintangan dan
hambatan karena ia
telah mengikatkan diri
pada tugas atas
kehendaknya sendiri.
IV. Karakteristik
Intelektual-Kognitif
a.
Menunjukkan atau
memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim,
pikiran-pikiran kreatif.
b.
Mampu menghubungkan
ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
c.
Menunjukkan kemampuan
bernalar yang sangat tinggi.
d.
Mampu menggeneralisir
suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
e.
Memiliki kecepatan yang
sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
f.
Menunjukkan daya imajinasi
yang luar biasa.
g.
Memiliki perbendaharaan
kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.
h.
Biasanya fasih dalam
berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
i.
Sangat cepat dalam
memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
j.
Memiliki daya ingat
jangka panjang (long term memory)
yang kuat.
k.
Mampu menangkap ide-ide
abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
l.
Memiliki kemampuan
membaca yang sangat cepat.
m.
Banyak gagasan dan
mampu menginspirasi orang lain.
n.
Memikirkan sesuatu
secara kompleks, abstrak, dan dalam.
o.
Mampu memikirkan
tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat
mengaitkan satu dengan yang lainnya.
V.Karakteristik Persepsi/Emosi
a.
Sangat peka
perasaannya.
b.
Menunjukkan gaya bercanda
atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu
hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
c.
Sangat perseptif dengan
beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh
orang-orang lain).
d.
Memiliki perasaan yang
dalam atas sesuatu.
e.
Peka dengan adanya
perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
f.
Pada umumnya introvert.
g.
Memandang suatu
persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
h.
Sangat terbuka dengan
pengalaman atau hal-hal baru
i.
Alaminya memiliki
ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
VI. Karakteristik
Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup
a.
Menuntut kesempurnaan
dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
b.
Memiliki dan menetapkan
standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
c.
Memiliki rasa ingin
tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
d.
Sangat mandiri, sering
merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau
pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
e.
Selalu berusaha mencari
kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
f.
Melakukan sesuatu atas
dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
g.
Senang menghadapi
tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet
bahaya” .
h.
Sangat peduli dengan
moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
i.
Memiliki minat yang
beragam dan terentang luas.
VII. Karakteristik Aktifitas
a.
Punya energi yang
seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain
tanpa terlihat lelah.
b.
Sulit memulai tidur
tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.
c.
Sangat waspada.
d.
Rentang perhatian yang
panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.
e.
Tekun, gigih, pantang
menyerah.
f.
Cepat bosan dengan
situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru
untuk dilakukan.
g.
Spontanitas yang
tinggi.
4.Jenis layanan atau bimbingan untuk Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa
Beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam
memberi layanan kepada anak berbakat adalah sebagai berikut.
1. Komponen
sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan
Sebelum menentukan jenis layanan pendidikan bagi anak
berbakat, perlu memperhatikan beberapa hal yang penting, antara lain sebagai
berikut.
a. Pengidentifikasian anak berbakat
Mengidentifikasi anak berbakat bukanlah hal yang
mudah. Oleh karena banyak anak-anak
berbakat di sekolah tidak menampakkan bakat mereka dan tidak dipupuk. Banyak diantara
mereka berasal dari golongan ekonomi
rendah, mengalami masalah emosional yang menyamarkan kemampuan intelektualnya
atau subkultur yang menekan kemampuan bicara. Langkah pertama dalam pengenalan
anak berbakat adalah menentukan alasan atau sebab untuk mencari mereka. Jika
kita memilih kelompok matematika maka pendekatan akan berlainan kalau kita mencari siswa yang mempunyai
keterampilan menulis kreatif atau untuk kemampuan seni pementasan,
kepemimpinan, dan lain-lain.
Alat-alat yang digunakan dalam identifikasi berfokus
pada beberapa hal, seperti yang dikemukakan oleh Kirk (1986), yaitu kelancaran
(kemampuan untuk memberikan jawaban bagi pertanyaan yang diberikan), kelenturan
(kemampuan untuk memberikan berbagai macam jawaban atau beralih dari satu macam
respons ke respons yang lain), dan kemurnian (kemampuan untuk memberikan
respons yang unik dan layak). Namun, hal-hal yang ditemukan oleh guru, orang
tua, perlu dicek dengan tes standar dan pengukuran kemampuan objektif lainnya
oleh para ahli dalam bidang tersebut.
Selanjutnya Renzulli, dkk., seperti dikutip Conny
Semiawan (1995) mengemukakan bahwa identifikasi anak
berbakat harus mewakili kawasan-kawasan kemampuan intelektual umum, komitmen
terhadap tugas, dan kreativitas. Menurutnya kinerja seseorang secara khusus
dipengaruhi oleh motivasi yang muncul dalam menyelesaikan tugasnya dan ketiga
dimensi itu saling berhubungan. Prosedur identifikasi dengan sendirinya memperhatikan faktor
intelektual dan non intelektual. Pendekatan Renzulli ini penting karena dapat
membedakan anak-anak berbakat dari mereka yang biasa-biasa saja terutama
dilihat dari faktor motivasi dan kreativitas.
Kurikulum
pada siswa cerdas istimewa atau berbakat istimewa tidak boleh sama dengan siswa
reguler , karena bobot dan kedalamannya tidak sesuai dengan siswa cerdas
istimewa atau istimewa berbakat . Kurikulum untuk siswa ini di arahkan pada
pemenuhan kebutuhan siswa dan sekaligus menyeimbangkan domain kognitif dan non
kognitif.Tujuan utama diferensiasi kurikulum adalah untuk merencanakan secara
aktif dan konsisten membantu semua siswa agar belajar secara maksimal .
Pembelajaran yang di berikan kepada siswa cerdas cerdas istimewa atau berbakat
istimewa tidak boleh terlalu menekan pada aspek kognitif.Upaya menyeimbangkan
pembelajaran tersebut di lakukan dengan menyeimbangkan aspek sintetik dan
praktikal.Hal ini di lakukan agar siswa memiliki kematangan pengetahuan dan
kemampuan untuk menjawab kebutuhan sosial bermasyarakat.Pembelajaran harus
berorintasi kepada siswa bukan guru.Oleh karena itu penetapan materi esensial
di lakukan dengan cara melakukan asesmen kemampuan siswa terhadap materi
pelajaran. Dengan demikian dimungkinkan adanya
perbedaan materi yang harus diajarkan kepada seorang siswa dengan siswa lainnya
model kelas menetap.Kelas menetap (stay class) adalah kelas secara terus
menerus digunakan oleh siswa kelas tertentu dalam kegiatan pembelajaran.
Aktivitas pembelajaran di luar kelas tersebut hanya dilakukan pada saat menggunakan
laboratorium.Dalam kelas ini, siswa CI+BI digabung bersama dengan siswa
reguler. Apabila jumlah siswa CI+BI lebih dari 10 orang, hendaknya siswa
tersebut dibagi ke dalam 2 kelas inklusif. Oleh karena ada dua kelompok
kemampuan siswa di dalam kelas ini, maka diupayakan dua sudut kelas, yaitu
sudut reguler dan sudut CI+BI . pengertian sudut reguler adalah mereka yang
mendapatkan pembelajaran sesuai dengan cakupan materi di dalam standar isi.
Sedangkan sudut CI+BI disediakan untuk siswa CI+BI yang memperoleh pemberian
materi yang bersifat pengayaan.
Untuk meningkatkan efektivitas kelas semacam ini, guru utama yang mengajar harus dibantu oleh guru pendamping (Teacher asisstant), yang tugas utamanya memantau kemajuan belajar siswa CI+BI model moving class .Moving class (kelas berpindah) adalah sistem pembelajaran, dimana setiap mata pelajaran memiliki ruang dan sekaligus merupakan laboratorium mata pelajaran. Rombongan Belajar yang akan belajar suatu mata pelajaran harus mendatangi ruang/laboratorium mata pelajaran tersebut. Guru mata pelajaran tetap berada di ruang/laboratorium mata pelajarannya. Jadi siswa berada dalam suasana baru setiap akan belajar suatu mata pelajaran. Kondisi setiap ruang/laboratorium mata pelajaran akan disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran tersebut.
Untuk meningkatkan efektivitas kelas semacam ini, guru utama yang mengajar harus dibantu oleh guru pendamping (Teacher asisstant), yang tugas utamanya memantau kemajuan belajar siswa CI+BI model moving class .Moving class (kelas berpindah) adalah sistem pembelajaran, dimana setiap mata pelajaran memiliki ruang dan sekaligus merupakan laboratorium mata pelajaran. Rombongan Belajar yang akan belajar suatu mata pelajaran harus mendatangi ruang/laboratorium mata pelajaran tersebut. Guru mata pelajaran tetap berada di ruang/laboratorium mata pelajarannya. Jadi siswa berada dalam suasana baru setiap akan belajar suatu mata pelajaran. Kondisi setiap ruang/laboratorium mata pelajaran akan disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran tersebut.
5.Persentase Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat
Istimewa di Indonesia
Diperkirakan
terdapat sekitar 2,2% anak usia sekolah memiliki kualifikasi Cerdas
Istimewa/Berbakat Istimewa .Menurut data BPS
tahun 2006 terdapat 52.989.800 anak usia sekolah. Artinya terdapat sekitar
1.059.796 anak Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa
di Indonesia. Berdasarkan data Asossiasi Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa
tahun 2008/9, Jumlah siswa Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa
yang sudah terlayani di sekolah akselerasi masih sangat kecil, yaitu 9551 orang
yang berarti baru 0,9% siswa Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa
yang terlayani. Ditinjau dari segi kelembagaan, dari 260.471 sekolah, baru 311
sekolah yang memiliki program layanan bagi anak Cerdas
Istimewa/Berbakat Istimewa. Itupun baru terbatas
program yang berbentuk akselerasi. Sedangkan di madrasah, dari 42.756 madrasah,
baru ada 7 madrasah yang menyelenggarakan program aksel. Ini berarti masih
sangat rendah sekali jumlah sekolah/madrasah yang memberikan layanan pendidikan
kepada siswa Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa,
serta keterbatasan dari ragam pelayanan.
0 komentar:
Posting Komentar