Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Disgrafia
Disusun oleh
:
Elisabeth Sekar Dwimukti 111134010
Yohanes Ria Kurniawan 111134165
Hosea Bivin Chandra 1111340
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2013
A.
Pengertian
Pengertian gangguan belajar secara bahasa
adalah masalah yang dapat mempengaruhi kemampuan otak dalam menerima,
memproses, menganalisis dan menyimpan informasi. Sedangkan pengertian yang
diberikan oleh National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD)
mengenai gangguan belajar adalah suatu kumpulan dengan bermacam-macam gangguan
yang mengakibatkan kesulitan dalam mendengar, berbicara, menulis, menganalisis,
dan memecahkan persoalan.
Disgrafia adalah
Kesulitan khusus di mana anak tidak bisa menuliskan/mengekspresikan pikirannya
ke dalam bentuk tulisan, karena mereka tidak bisa menyusun huruf/kata dengan
baik dan mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis. Pada
anak-anak umumnya, kesulitan ini bisa terlihat saat anak mulai belajar menulis.
Kesulitan ini tidak tergantung kemampuan lainnya. Seseorang bisa sangat fasih
dalam berbicara dan keterampilan motorik lainnya, tapi mempunyai kesulitan menulis.
B. Ciri-ciri
Disgrafia
Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini. Di
antaranya adalah:
1. Terdapat ketidakkonsistenan bentuk
huruf dalam tulisannya.
2. Saat menulis, penggunaan huruf
besar dan huruf kecil masih tercampur.
3. Ukuran dan bentuk huruf dalam
tulisannya tidak proporsional.
4. Anak tampak harus berusaha keras
saat mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
5. Sulit memegang bolpoin maupun
pensil dengan mantap. Caranya memegang alat tulis seringkali terlalu dekat
bahkan hampir menempel dengan kertas.
6. Berbicara pada diri sendiri ketika
sedang menulis, atau malah terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk
menulis.
7. Cara menulis tidak konsisten, tidak
mengikuti alur garis yang tepat dan proporsional.
8. Tetap mengalami kesulitan meskipun
hanya diminta menyalin contoh tulisan yang sudah ada.
C. Faktor Penyebab Gangguan Menulis (Disgrafia)
Gangguan menulis (disgrafia) disebabkan oleh
faktor neurologis, adanya gangguan pada otak bagian kiri depan yang berhubungan
dengan kemampuan membaca dan menulis. Anak mengalami kesulitan dalam
harmonisasi secara otomatis antara kemampuan mengingat dan menguasai gerakan
otot menulis huruf dan angka.
Kesulitan ini tidak berkaitan dengan tingkat
intelegensi yang rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar.
Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap
si anak.
Kesulitan dalam menulis seringkali juga
disalahpersepsikan sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak
yang bersangkutan menjadi frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali
mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke
dalam bentuk tulisan, hanya saja ia memiliki hambatan.
Kelainan neurologis ini menghambat kemampuan
menulis yang meliputi hambatan secara fisik, seperti tidak dapat memegang
pensil dengan mantap ataupun tulisan tangannya buruk. Anak dengan gangguan
disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan
dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.
Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi
problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak yang berada
di tingkat SD. Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan
sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang bersangkutan
frustrasi karena pada dasarnya ia ingin sekali mengekspresikan dan mentransfer
pikiran dan pengetahuan yang sudah didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja
ia memiliki hambatan.
Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang
tua harus paham bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat intelegensi yang
rendah, kemalasan, asal-asalan menulis, dan tidak mau belajar. Gangguan ini
juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua dan guru terhadap si anak,
ataupun keterlambatan proses visual motoriknya
Sebuah penelitian di Amerika melaporkan, kasus
kesulitan belajar yang terkait ketidakmampuan menulis (disgrafia) lebih banyak
ditemui pada anak laki-laki. Berkebalikan dengan kesulitan membaca seperti
disleksia yang telah banyak diteliti, penelitian tentang kesulitan menulis
masih sangat minim, sehingga angka kasusnya juga tidak jelas. Pada penelitian
terbaru yang melibatkan lebih dari 5700 anak, diketahui bahwa sekitar 7-15
persen dari jumlah tersebut mengalami gangguan baca-tulis semasa duduk di
bangku sekolah. Persentase ini bervariasi, tergantung kriteria yang dipakai
untuk mendiagnosis masalah ini. Anak laki-laki kecenderungannya 2-3 kali
lebih berisiko terdiagnosis ketidakmampuan membaca dibanding anak wanita, apa pun jenis kriteria diagnosis yang
dipakai.kkk
D. Cara Mengatasi Gangguan Menulis Pada Anak
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan
gangguan ini. Di antaranya:
1. Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
2. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
3. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4. Latih anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
1. Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja. Atau bisa juga orang tua meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
2. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
3. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
4. Latih anak untuk terus menulis
Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
0 komentar:
Posting Komentar